METERAI KETIGA DAN KEEMPAT
DALAM WAHYU 6
(Pelajaran-16)
Meterai ketiga, Wahyu 6:5 "Seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan". Kalau warna putih melambangkan kemenangan dan kesucian, maka warna hitam dapat diartikan kekalahan dan kenajisan iman. Timbangan biasanya dipakai untuk menimbang.
Lambang ini menunjukkan kondisi kerohanian gereja sesudah agama Kristen dilegaliser pada abad yang keempat, ketika negara dan gereja dipersatukan. Pada saat itu kebanyakan acara gereja telah diisi dengan perkara-perkara sekuler.
Juga timbangan ini dapat mengartikan ketidakberesan bahan-bahan kebutuhan pokok untuk kehidupan. Tidak lama sesudah kemenangan oleh kuda putih dengan penunggangnya, menyusul penumpahan darah besar-besaran yaitu penganiayaan dilambangkan oleh meterai yang kedua, maka kini yang ketiga bahkan lebih mengerikan yaitu bala kelaparan. Secupak gandum sedinar artinya orang bekerja keras untuk sesuap nasi. Menunjukkan masa kepicikan. Sedinar adalah gaji pekerja pada zaman Romawi untuk sehari dan tidak cukup untuk sipekerja dan keluarga. Jelai lebih murah dari pada gandum, menjadi makanan orang miskin dan sebenarnya untuk makanan binatang, "Yohanes 6:9". Jangan rusakkan minyak dan anggur karena mahalnya gandum dan jelai. Minyak dan anggur ini melambangkan iman dan kasih. Jadi biar mahal barang dan kebutuhan tetapi iman dan kasih tidak boleh rusak. Banyak kali iman dan kasih ini lenyap oleh karena orang mementingkan materi. Dan ini terjadi ketika gereja dilegaliser pada abad yang keempat. Tetapi pada zaman itu gereja tidak kehilangan kasih dan imannya !
Meterai keempat, Wahyu 6:8 "Seekor kuda hijau kuning, orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya". Dalam terjemahan lama Alkitab disebutkan kuda kelabu. Ini adalah warna yang menunjukkan ketakutan dan kematian. Tampaknya kuda dapat diartikan dengan zaman dan kondisi gereja. Pada zaman kuda hijau kuning atau kelabu ini zaman kepicikan bagi gereja mencapai puncak ketakutan.
Maut, sudah tentu ini mengartikan bahwa kematian terjadi dimana-mana karena Kerajaan maut menunjukkan tempat orang mati. Seperempat dari bumi--menunjukkan wilayah yang luas dibumi ini.
Pedang, kelaparan dan sampar dapat diartikan dengan perkembangan yang pesat mengenai kemerosotan peradaban yang diikuti oleh peperangan. Penggunaan pedang membunuh manusia dan menghancurkan tanaman serta tumbuh-tumbuhan menyebabkan kelaparan, sedangkan kelaparan itu menghancurkan kesehatan, dan hancurnya kesehatan mengakibatkan wabah penyakit sehingga dengan demikian manusia menjadi lemah, tidak dapat melindungi diri sendiri terhadap serangan binatang buas. Bilamana dikenakan kepada suatu masa khusus dalam sejarah Kristen, maka kuda yang keempat dan pengendaranya tampaknya menonjolkan suatu situasi yang sifatnya adalah masa yang menunjukan waktu tahun 538-1517. Tahun 1517 adalah permulaan Reformasi.
Maut--menunjukkan kematian dimana-mana. Kegiatan gereja pada zaman ini sudah diselewengkan. Kerohanian gereja Kristen boleh dikatakan mati. Kelaparan akan firman Allah, karena firman itu oleh kekuasaan gereja yang melawan dimusnahkan. Umat Allah yang setia banyak sekali yang tewas dibunuh. Dalam sejarah gereja ini adalah zaman kegelapan !